Minggu, 20 November 2011

Face to Face

Kata salah seorang dosen saya, ga ada itu yang namanya "jauh di mata dekat di hati".
Hmm, saya setuju kala beliau mengucapkannya, at least saya ikutan tertawa terbahak-bahak bersama teman-teman lain sementara ada beberapa orang yang tampangnya langsung suram dan bilang, "Duh, menohok banget sih, gue LDR nih T.T"

Dan sekarang, saya yakin itu benar. Paling nggak dalam hubungan antar-manusia. Kalo hubungan manusia-Tuhan sih, beda kasus. "Jauh di mata dekat di hati" itu harus, berhubung kita ga bisa melihat wujud Tuhan.
Oh ya, kenapa saya yakin omongan itu benar? Karena saya mengalaminya. Ini subjektif sih, tapi whatever. Saya tidak akan bisa terus menerus menjadi orang objektif kalo menyangkut perasaan. Perasaan bukan nalar yang cenderung objektif. Ah, tapi nalar pun biasanya subjektif, terbukti dengan pikiran orang yang berbeda-beda.

Balik ke titik tadi. Saya sadar bahwa intensitas bertemu dengan seseorang itu benar-benar mempengaruhi hubungan. Saya baru saja mengalaminya dengan teman-teman paduan suara saya. Sudah sebulan lebih saya tidak ikut latihan bersama mereka. Pertama, saya batuk. Kata pelatih saya, nyanyi itu harus fit, jangan dipaksain, ntar produksi suaranya malah jelek. Oke deh, demi kesehatan dan daripada merusak harmoni, saya ga ikut latian. Kedua, saya sibuk dengan tugas kuliah dan tugas organisasi lainnya. Ah, saya jadi merasa berantakan.

Nah, tadi saya ikut ngisi job pembukaan Porsenigama bareng teman-teman saya. Ternyata yang ikut cuma 8 orang. Ini sih vokal grup namanya =_=
Yaudin, dengan personil yang sedikit banget itu akhirnya kami harus tetap maju. Untung acaranya ga formal-formal banget, jadi ga banyak tuntutan. Kami hanya harus nyanyi Indonesia Raya dan hymne, serta Bagimu Negeri. Sempat ada issue kalo lagunya ditambah 1 lagu pop, jadi untuk jaga2 kami nyiapin lagu "Looking Through The Eyes of Love".

Nyanyi lagi deh saya dengan temen2. Rasanya....amazing. Ga bermaksud lebay, tapi ini jujur. Terserah kalo mau bilang lebay. Rasanya bahagia bisa ngumpul sama mereka lagi. Dengerin suara kami menyatu satu sama lain itu sesuatu banget. Mungkin karena saya jarang latihan sebulan belakangan. Apalagi pas latihan "Looking Through The Eyes of Love", saya benar-benar menghayati dan rasanya nyaman banget mendengar nada-nada sopran, alto, tenor, dan bass bergabung di lagu itu.

Saya merasakan betapa saya menyayangi teman-teman saya ketika kami bersama (jiahh). Sementara kalo sedang tidak ikut latihan, sibuk sendiri, dll saya merasa yaaa...kangen sih, tapi saya tidak begitu menyadari bahwa saya sangat bahagia memiliki teman2 seperti mereka, karena mungkin rasa sayang itu teralihkan oleh kesibukan2 yang menuntut otak bekerja dominan di atas hati nurani.

Apa yang mau saya utarakan di sini sebenarnya adalah BERTEMU ITU PENTING. Bagaimana saya bisa menunjukkan kalau saya loyal pada PSM dan saya peduli pada PSM kalau saya tidak ikut latihan, tidak ikut nge-job, dll? Duh, saya ditonjok oleh tulisan saya sendiri.
Jadi, selama masih ada waktu, cobalah bertatap muka dengan teman-temanmu. Tidak perlu terlalu sering, sekedar cukup untuk mengingatkan bahwa mereka itu temanmu, kalian terhubung, dan kamu peduli pada mereka.

Sebelum kamu mulai melupakan mereka.
Sebelum mereka mulai melupakanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar