Rabu, 28 November 2012

Untuk Ayah

Ayah mengenalkanku pada bahasa.
Di sela jeda tanpa koma, hanya titik dalam ruang hampa kata.
Duniamu, ayah.

Kamus bahasa Inggris bergambar pemberianmu kusantap ketika aku masih berseragam putih merah.
Kumpulan sajak Rendra yang kau selipkan di rak buku jadi bahan bacaanku ketika remaja.
Umar Kayam, Ahmad Tohari, Jostein Gaarder yang ada di rak bukumu ikut menjadi bahan bacaanku ketika beranjak dewasa.

Kau lah awal mula aku jatuh cinta pada bahasa.
Pada kata-kata.
Pada sajak yang tak bisa kuucapkan;
membara dalam tulisanku yang menyala dalam jurnal harian.

Ayah jarang berkata-kata, bukan?
Kecanggungan selalu ada tiap memulai percakapan.
Mungkin terlalu susah bagimu untuk mengajariku secara lisan.
Kau pun memberi kompensasi lewat buku-buku yang kau berikan.

Tapi kini aku menggali satu makna:
Ayah telah mengenalkanku pada bahasa, tanpa berkata-kata.

Dan untuk itu:
Terima  kasih, ayah.



Yogyakarta, 28 November 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar