Rabu, 21 November 2012

Coraline Contemplation

"Ayolah. Siapa namamu?" tanya Coraline pada si kucing. "Namaku Coraline. Oke?"
Si kucing menguap perlahan-lahan dengan hati-hati, memperlihatkan mulut dan lidahnya yang sangat merah jambu. "Kucing tidak punya nama," katanya.
"Tidak punya?" kata Coraline.
"Tidak," sahut si kucing. "Kalian, manusia, punya nama. Sebab kalian tidak tahu siapa diri kalian. Kami tahu siapa kami, jadi kami tidak butuh nama."

 .....


"Udara penuh dengan tawon-tawon kuning. Tadi kami pasti menginjak sarang tawon yang ada di ranting yang sudah busuk, waktu kami berjalan. Sementara aku lari mendaki bukit, ayahku tetap di tempatnya, disengati tawon, supaya aku sempat melarikan diri. Kacamatanya terjatuh waktu dia lari."
"Nah," kata Coraline, "menjelang sore itu, ayahku kembali ke lapangan kosong tadi, untuk mengambil kacamatanya. Katanya kalau kacamata itu dibiarkannya di situ sehari saja, dia tidak bakal ingat di mana kacamatanya itu jatuh."
"Tidak lama kemudian, dia pulang, sudah menegnakan kacamatanya. Dia bilang dia tidak takut waktu berdiri di sana, disengat tawon-tawon, sambil melihat aku lari. Sebab dia tahu dia mesti memberi cukup waktu padaku untuk kabur, kalau tidak tawon-tawon itu pasti menyerang kami berdua."
"Dam kata ayahku, dia berbuat begitu bukan karena dia berani, berdiri saja di situ, membiarkan tawon-tawon menyengatnya," kata Coraline pada si kucing. "Katanya itu tidak bisa disebut berani, sebab dia tidak merasa takut: hanya itu yang bisa dia lakukan. Tapi tindakannya kembali ke tempat itu untuk mengambil kacamatnya, padahal dia tahu tawon-tawon itu ada di sana, dan dia merasa ketakutan...nah, itu baru berani."
"Kenapa bisa begitu?" tanya si kucing yang kedengarannya tidak terlalu berminat.
"Sebab," kata Coraline, "kalau kau merasa takut, tapi tetap nekat maju terus, itu namanya berani." 

....


Si kucing menjatuhkan si tikus di antara kedua kaki depannya. Sambil mendesah, dia berkata dengan nada teramat halus, "Ada yang menganggap kebiasaan kucing mempermainkan mangsanya sebagai kebiasaan yang baik hati- mangsa kecil yang lucu itu jadi punya kesempatan melarikan diri, sekali-sekali. Coba, seberapa sering kau memberi kesempatan kabur pada makan malammu?"

....


Coraline. Sebuah novel karangan Neil Gaiman, yang sebenarnya digolongkan novel untuk anak-anak. Tetapi novel ini membuat saya terkesima; salah satu novel yang paling saya sukai. Novel ini membuat saya banyak merenungkan hal-hal yang tampaknya sepele, tetapi dalam maknanya.

Yang paling membuat saya tergelitik adalah dialog Coraline dengan si kucing tentang manusia. Saya jadi berpikir: Human. Why do we have names? Simply because we cannot recognize who we are. We're lost without names. Menarik, dan menyentil dengan cara yang jenaka.

Kemudian, arti keberanian. Saya belajar bahwa keberanian bukannya keadaan tanpa rasa takut. Berani bukan berarti tidak merasa takut. Bukan manusia namanya jika tidak memiliki rasa takut. Berani adalah melawan ketakutanmu, menolaknya menyeretmu mundur dari arena pertempuran, dan dengan gagah berani mendorong dirimu ke depan untuk menghadapi tantangan. Itulah keberanian.
Sebagai contoh, orang yang tidak takut dengan laba-laba bukan belum tentu seorang pemberani. Bisa jadi, baginya, laba-laba hanyalah sekedar serangga. Di lain sisi, seseorang yang fobia laba-laba, namun berusaha menyembuhkan ketakutannya dengan menghadapi laba-laba...saya kira kita semua tahu mana yang memerlukan kekuatan lebih besar antara dua orang tersebut. Itu hanya contoh kecil yang konkret.

Bagian terakhir, yang juga membuat saya terkekeh sendirian ketika membaca novel ini, adalah bagian tentang "makan malam". Seberapa sering kita membiarkan makanan kita kabur? Manusia jauh lebih ganas daripada hewan. Kita merupakan "pembunuh" yang paling efektif dan efisien.


Oh iya, bagi yang suka dengan seni rupa, saya cukup yakin akan menyukai ilustrasi Dave McKean dalam novel ini. Gothic, dan agak "seram"; tidak seperti ilustrasi buku anak-anak pada umumnya.  Dark, but it's beautiful. I love it :) Sangat cocok dengan ceritanya yang juga dark.

Anyway, saya sangat menyukai buku ini dan merekomendasikan kepada siapapun yang ingin menemukan hiburan yang bermakna di waktu senggangnya. Tidak tebal, hanya 228 halaman.
Selamat membaca! Ingat, Co-ra-line, bukan Ca-ro-line ;)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar