Senin, 12 November 2012

The Story of Blanket and Jacket

I

Dia pernah menyelinap di hatiku ketika kau sedang pergi. Dia memberiku selimut untuk membungkus lukaku dan melelapkan diriku sejenak. Dan aku yang sedang lelah menunggumu pun tertidur beberapa saat, bermimpi tentang dia yang sejenak menghapusmu dari pikiranku.

II

Dia menyelinap pergi ketika pagi datang membawamu kembali. Aku tak bisa melihat jejaknya, kupikir pemberi selimut itu pun hanya tokoh dalam mimpi. Kau tersenyum padaku dan kehangatan itu nyata benderang di depan mataku; ya, pasti sang pemberi selimut itu hanya imajinasiku.

III

Aku berdiri di depan cermin, melihat diriku terbungkus jaket yang kau pakaikan untukku, dengan tanganku menggenggam selimut yang ia pinjamkan padaku. Perlahan, aku melipat selimut itu dan berniat tertidur kembali, menunggu malam tiba dan sang pemberi selimut itu datang.

Tidak, aku tak ingin dia menyelimutiku. Aku hanya ingin mengembalikan selimut yang ia pinjamkan. Dan aku pun tertidur memakai jaketmu, sementara sang pemberi selimut itu mengambil selimutnya dari genggamanku.

Aku sadar bahwa kehangatan yang aku inginkan sudah kau berikan padaku sejak dulu. Hanya karena suhu musim dingin turun beberapa derajat, bukan berarti aku memerlukan tambahan selimut, bukan?
Lagipula, aku sudah pernah berkata, jaketmu menghangatkanku dari dalam.
Aku tidak perlu selimut yang hanya menghangatkanku dari luar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar