Senin, 19 Desember 2011

Superhero

Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika saya bilang "Superhero" ? Bisa jadi Superman, Spiderman, Batman, Ultraman, dan man-man lainnya. Lalu secara otomatis otak Anda akan memvisualisasikan man-man tersebut: Huruf S di dada, warna biru-merah, dan tentu saja, celana dalam yang dipake di luar saking rempongnya si pahlawan menyelamatkan nyawa penduduk bumi; laba-laba yang hanya punya dua kaki dan dua tangan dan berkostum ketat; kelelawar yang lebih suka naik mobil ketimbang bergelantungan di pohon; dan pahlawan kurus berwarna merah-perak yang kalo mengalahkan musuh juga sekaligus menghancurkan seisi kota (oh iya, merhatiin ga? musuhnya selalu meledak setelah terdiam dalam beberapa detik yang dramatis).

Oh...well. Begitulah bentukan pahlawan super yang sering kita saksikan. Selalu dengan kostum. Selalu dengan kekuatan khusus yang diperoleh karena terpapar bahan kimia tertentu, terkena kekuatan ajaib yang membuatnya "berubaaaaah! cling!" atau bahkan sekedar digigit serangga doang. Anyway, gapapa sih. Itu kan film. Ga asyik lah kalo ga ada gitu-gitunya (gitu-gitu tuh apaaan lagi -_-).

Tapi, kadang-kadang, saya merasa superhero itu ga selalu kayak gitu. Maksud saya, superhero itu bisa muncul dalam wujud manusia biasa. Bahkan terlalu biasa, kalo dilihat secara fisik. Atau mungkin cenderung memelas. Hmmm...misalnya aja bapak2 tukang sol sepatu yang biasanya lewat di depan rumah saya (saya tulis bapak2 karena tukang sol yang lewat ga hanya satu). Kadang-kadang saya berpikir betapa beratnya beban mereka. Mereka tentunya punya tanggungan. Mereka tentunya merasa capek, mengengkol sepeda mereka di tengah panasnya matahari dan riuhnya hujan. Mereka tentunya harus menghadapi kenyataan bahwa mungkin hari ini tidak ada satu orang pun yang ingin sepatunya di-sol.

Dan saya pikir, mereka lah superhero. Superhero buat anak-anak mereka. Buat istri mereka. Buat siapapun yang jadi tanggungan dan membutuhkan mereka. Superhero dengan keteguhan mereka dalam menghadapi kerasnya hidup, tidak lari dari kesulitan melainkan bangkit dan berusaha mengais rezeki. Superhero dalam keikhlasan mereka menjalani peran sebagai tukang sol, dan dengan peran tersebut berusaha sekuat tenaga membuat kehidupan mereka membaik. Hfft, saya jadi iba. Dan saya lebih iba kepada diri saya yang tidak bisa apa-apa selain merasa iba -_-

Haaaah, banyak mungkin yang lebih memilih nganggur dan mabuk-mabukan dibanding kerja dengan penghasilan tidak seberapa seperti bapak2 tukang sol itu. Mungkin ada pula yang lebih memilih terjun dari lantai tertinggi untuk menyelesaikan masalah keuangan (sekaligus menyelesaikan hidupnya). Ada pula mungkin yang membunuh keluarganya karena stres. Jadi, bapak2 tukang sol, kalian hebat. Kalian mau HIDUP. Saya salut sama kalian. Lebih salut lagi ketika saya nge-sol sepatu saya di suatu hari, lalu saya tanya biayanya berapa, dan salah satu dari kalian berkata, "Seikhlasnya aja..."

Buat para superhero lainnya yang biasa lewat depan rumah saya -ibu2 penjual sayur, ibu2 penjual ayam, bapak2 penjual siomay, mas2 penjual mie dokdok yang uenaaaak banget (yang enak mas-nya atau mie-nya coba, kalimat ambigu =.=)- kalian adalah superhero! Superhero! Dan saya, yang berangkat kuliah naik motor, di rumah ada AC, baju bisa gonta-ganti tiap hari, makan terjamin (tapi malah males makan), duit jajan cukup...tidak seharusnya saya mengeluh. Saya juga ingin jadi SUPERHERO! :D

Salam semangat! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar