Selasa, 03 Juli 2012

Karena Ibu Tidak Perlu Minta Maaf Soal Ulang Tahun

Hari ini, dua teman di kelompok KKN saya ulang tahun. Beberapa hari yang lalu, adiknya pacar saya ulang tahun. Akhir-akhir ini banyak ya yang berulang tahun *mikir*

Ah, ngomong-ngomong soal ulang tahun...

Ulang tahun saya bulan April. Dan biasanya dilalui dengan biasa-biasa saja. Mengadakan traktiran dengan beberapa sahabat. Simpel. Pernah dirayakan sampai saya berumur 12 tahun. Sebelum usia 12 tahun, orang tua saya pernah lupa sama ulang tahun saya. Sekali. Terungkapnya ketika saya menelpon beberapa teman SD saya untuk main-main di rumah. Ibu saya bertanya: "Kenapa besok pada mau main?". Saya menjawab: "Kan Rini ulang tahun."

Setelah usia 12 tahun, orang tua saya lupa lagi kalau saya berulang tahun. Kali ini saya biarkan saja. Saya tidak mengungkit-ungkit apapun di depan mereka. Teman-teman SMP saya yang tahu saya berulang tahun, dengan bercanda meminta saya mentraktir mereka. Saya bilang: "Duh, kapan-kapan lah ya. Orang tuaku aja ga inget kalau aku ultah." --> berusaha terdengar cool walau merasa nggerus dalam hati.

Salah satu teman saya, Putri namanya, sampai geram mendengar bahwa ada orang tua yang lupa ulang tahun anaknya. Teman saya mengirim sms ke orang tua saya, bernada memprotes kenapa mereka bisa lupa ulang tahun saya, teman karibnya. Sepertinya, sms Putri itu menjadi shock therapy buat orang tua saya. Sampai sejauh ini, walaupun masih tetap tidak bisa bersikap hangat dan manis, serta cenderung kikuk ketika mengucapkan "selamat ulang tahun", orang tua saya tidak pernah lupa ulang tahun saya. Makasih ya, Putri :)

Tapi, sebenarnya, bukan ulang tahun yang menjadi inti posting saya ini. Kita belum sampai di klimaks, saudara-saudara. Klimaksnya terjadi ketika, tidak sengaja, saya menemukan buku agenda milik ibu saya yang biasa digunakan untuk mencatat kerjaan kantor dan semacamnya. Saya melihat, saat itu sekitar seminggu sebelum ulang tahun saya, ada catatan:

Bentar lagi Mbak In ulang tahun. Belum sempat cari kado. Maafin ibu ya, Mbak.

Saya tersenyum kecil, sendu, ketika membacanya.

Ibu, engkau tidak perlu minta maaf, batin saya saat itu.

Semua yang Ibu berikan sudah cukup, mungkin lebih. Hanya lupa hari ulang tahun, tidak memberi kado, ah, semua urusan sepele itu bukan ukuran besar kecilnya kasih sayangmu.

Ibu sudah memberikan yang terbaik yang bisa ibu berikan. Walaupun kadang-kadang aku tak puas, itu semua cukup. Percayalah :')

Itu klimaksnya saudara-saudara.

*nangis, ngambil tisu, ngusap air mata, mem-publish, keluar dari Blogger*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar