Saat ini, sulit rasanya memutuskan mana yang benar dan mana yang salah, relativitas suatu kebenaran kadang-kadang membuat pusing. Atau mungkin sebenarnya kebenaran itu tidak relatif? Mungkin kebenaran tampak relatif hanya karena manusia selalu menggunakan pembenaran versi mereka sendiri? Bisa jadi. Tapi toh belum tentu pendapat saya ini benar. Ah, zona abu-abu yang semakin melebar.
Kini, hampir semua hal berwarna abu-abu. Abu-abu. Ke mana si putih? Ke mana si hitam? Mereka kerap disalahkan. Si putih disalahkan karena terlalu bersih tanpa noda. Si hitam disalahkan karena jelas-jelas tanpa cahaya. Ekstrim. Maka, berbondong-bondong kita pindah ke zona yang tampaknya paling bijaksana, yakni abu-abu. Namun sampai kapan kita nyaman memakai warna abu-abu ini? Gamangkah kita jika terus menerus menjadi abu-abu? Berada di antara hitam dan putih, kadang-kadang terkesan tidak memberikan kejelasan sama sekali.
Ya, mungkin memang benar (mungkin, lagi-lagi karena bisa saja ini tidak benar) bahwa tidak ada hal yang 100% benar dan 100% salah. Tapi apakah kalimat "tidak ada kebenaran 100% dan kesalahan 100% ini benar? Bisa jadi salah. Jadi, intinya, apa itu kebenaran? Apa kebenaran itu adalah sesuatu yang utopis, bahwa sebenarnya dunia yang payah ini tidak menawarkan sedikit pun kebenaran? Jadi, mana yang benar, sebenarnya? Tidak ada? Bingung. Ya, bingung.
Akhir kata: Apakah semua kebingungan saya ini benar atau salah? Kalau ada yang menjawab relatif (suatu komentar abu-abu yang paling mainstream), apakah jawabannya itu benar atau salah?
Saya yakin pertanyaan ini tidak akan bisa dijawab, karena manusia sendiri sedang krisis dalam membedakan benar dan salah. Kita ternyata belum akil-baligh. Oh, tunggu sebentar. Belum tentu yang saya nyatakan ini benar. Mungkin saya hanya memberikan pembenaran atas perkataan saya...
Yah, mungkin inilah sebabnya manusia membutuhkan petunjuk dalam hidupnya. Seperti yang bisa dilihat, semua kebingungan ini sungguh menyesatkan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar