Kata salah seorang dosen saya, ga ada itu yang namanya "jauh di mata dekat di hati".
Hmm, saya setuju kala beliau mengucapkannya, at least saya ikutan tertawa terbahak-bahak bersama teman-teman lain sementara ada beberapa orang yang tampangnya langsung suram dan bilang, "Duh, menohok banget sih, gue LDR nih T.T"
Dan sekarang, saya yakin itu benar. Paling nggak dalam hubungan antar-manusia. Kalo hubungan manusia-Tuhan sih, beda kasus. "Jauh di mata dekat di hati" itu harus, berhubung kita ga bisa melihat wujud Tuhan.
Oh ya, kenapa saya yakin omongan itu benar? Karena saya mengalaminya. Ini subjektif sih, tapi whatever. Saya tidak akan bisa terus menerus menjadi orang objektif kalo menyangkut perasaan. Perasaan bukan nalar yang cenderung objektif. Ah, tapi nalar pun biasanya subjektif, terbukti dengan pikiran orang yang berbeda-beda.
Balik ke titik tadi. Saya sadar bahwa intensitas bertemu dengan seseorang itu benar-benar mempengaruhi hubungan. Saya baru saja mengalaminya dengan teman-teman paduan suara saya. Sudah sebulan lebih saya tidak ikut latihan bersama mereka. Pertama, saya batuk. Kata pelatih saya, nyanyi itu harus fit, jangan dipaksain, ntar produksi suaranya malah jelek. Oke deh, demi kesehatan dan daripada merusak harmoni, saya ga ikut latian. Kedua, saya sibuk dengan tugas kuliah dan tugas organisasi lainnya. Ah, saya jadi merasa berantakan.
Nah, tadi saya ikut ngisi job pembukaan Porsenigama bareng teman-teman saya. Ternyata yang ikut cuma 8 orang. Ini sih vokal grup namanya =_=
Yaudin, dengan personil yang sedikit banget itu akhirnya kami harus tetap maju. Untung acaranya ga formal-formal banget, jadi ga banyak tuntutan. Kami hanya harus nyanyi Indonesia Raya dan hymne, serta Bagimu Negeri. Sempat ada issue kalo lagunya ditambah 1 lagu pop, jadi untuk jaga2 kami nyiapin lagu "Looking Through The Eyes of Love".
Nyanyi lagi deh saya dengan temen2. Rasanya....amazing. Ga bermaksud lebay, tapi ini jujur. Terserah kalo mau bilang lebay. Rasanya bahagia bisa ngumpul sama mereka lagi. Dengerin suara kami menyatu satu sama lain itu sesuatu banget. Mungkin karena saya jarang latihan sebulan belakangan. Apalagi pas latihan "Looking Through The Eyes of Love", saya benar-benar menghayati dan rasanya nyaman banget mendengar nada-nada sopran, alto, tenor, dan bass bergabung di lagu itu.
Saya merasakan betapa saya menyayangi teman-teman saya ketika kami bersama (jiahh). Sementara kalo sedang tidak ikut latihan, sibuk sendiri, dll saya merasa yaaa...kangen sih, tapi saya tidak begitu menyadari bahwa saya sangat bahagia memiliki teman2 seperti mereka, karena mungkin rasa sayang itu teralihkan oleh kesibukan2 yang menuntut otak bekerja dominan di atas hati nurani.
Apa yang mau saya utarakan di sini sebenarnya adalah BERTEMU ITU PENTING. Bagaimana saya bisa menunjukkan kalau saya loyal pada PSM dan saya peduli pada PSM kalau saya tidak ikut latihan, tidak ikut nge-job, dll? Duh, saya ditonjok oleh tulisan saya sendiri.
Jadi, selama masih ada waktu, cobalah bertatap muka dengan teman-temanmu. Tidak perlu terlalu sering, sekedar cukup untuk mengingatkan bahwa mereka itu temanmu, kalian terhubung, dan kamu peduli pada mereka.
Sebelum kamu mulai melupakan mereka.
Sebelum mereka mulai melupakanmu.
Before those swollen minds become a great brain-tumor, share it all with joy
Tampilkan postingan dengan label Musicalive. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Musicalive. Tampilkan semua postingan
Minggu, 20 November 2011
Minggu, 13 November 2011
NGAYOGJAZZ 2011: Girls' Night Out!
Kemarin, tepatnya Sabtu, 12 November 2011, sebuah event musik jazz tahunan digelar di Jogja. Tepatnya, di Kotagede. Berhubung malam minggu identik dengan hang-out, ditambah lagi kebutuhan untuk bersenang-senang setelah mid semester, saya beserta 3 orang temen saya (Lia, Elin, Novia) pergi nonton bareng Ngayogjazz.
Sabtu paginya saya juga ada acara jalan2 di Amplaz sama temen SMP saya yang masih akrab sampai sekarang, Nawang. Jam setengah 12 siang sampai jam 4 sore lewat sedikit kami habiskan di mall dengan makan, ngobrol, cuci mata ke butik, ke Gramedia, dll. Habis itu, saya langsung capcus ke kos-nya Lia dan sekitar jam setengah 5 sore saya nyampe sana, soalnya pada sepakat ngumpul jam segitu, tapi ternyata pada belum ngumpul. Jadilah saya dan Lia menunggu kedatangan Elin dan Novia.
Ga berapa lama kemudian, Elin datang. Trus akhirnya saya, Elin, dan Lia nungguin Novia sambil ngaca2, ngobrak-abrik kamarnya Lia, and bantuin Lia buat milih baju yang cakep buat Ngayogjazz. Biasalah, kan mau ngeceng juga. Pada jomblo lagi :p Akhirnya Lia pun memutuskan pake dress selutut bermotif seperti macan tutul dengan warna hitam-putih, plus cardigan hitam. Sip lah pokoknya...
Menjelang maghrib, Novia datang dengan tampang kecapekan karena habis dari Solo. Berhubung udah mau adzan maghrib, kita pun sholat dulu sebelum cuss ke Ngayogjazz. Setelah semuanya pada sholat, ngaca, dll, berangkatlah kita pake mobilnya Elin. Di perjalanan, kami mampir makan dulu ke Warung Steak di Taman Siswa, dengan pertimbangan perut udah lapar dan pasti bakalan sampe malam. Habis makan kita juga masih sempat mampir ke Indomaret buat beli bekal minum and snack, siapa tau ntar haus and laper di tengah lautan manusia. Berasa piknik aja -_-
Beberapa detik kemudian, nyampe lah kami di kawasan Kotagede. Waktu itu di Lapangan-nya. Tapi kok sepi? Hmm, berarti bukan di lapangan. Kami pun mencari keramaian yang biasanya jadi penanda adanya panggung terbuka....dan....ketemu! Mobil dan motor pada seliweran di daerah dekat PKU Kotagede. Elin nanya ke seorang mas yang memakai kaos bertuliskan "Ngayogjazz" dan katanya untuk mencapai lokasi harus berjalan kaki paling ga 5 menit. Akhirnya kami nyari2 tempat parkir di dekat situ dan berujung pada pemarkiran mobil Elin di sebuah halaman terbuka di dalam gang yang sempit. Dari situ kami jalan kaki ke lokasi.
Yang katanya 5 menit.
Tapi kami udah berjalan 10 menit, lebih malah kayaknya. Dan, well, kok ga keliatan rame2 gitu ya? Orang-orang pada jalan sih di sekeliling kami, tapi ga ada kedengeran ada suara dam-dum-dam-dum-jreng-jreng-duk-duk-ngiiing sama sekali. Kami pun sempat mengalami kecelakaan. Bukan kami sih, Lia tepatnya yang kena. Dia jatuh di trotoar gara2 kepleset mas2 (maksudnya bukan kesandung mas2 yang berlagak jadi polisi tidur gitu). Ceritanya, dia sama Novia lagi jalan trus ada mas2 yang nyalip atau gimana gitu lah sampe Lia bingung ngambil rute, kepleset, dan duuk...jatuh deh. Lututnya lecet dan berdarah. Kami pun berhenti sebentar, duduk di teras sebuah toko yang tutup, sambil nungguin dan bantuin Lia bersihin lukanya pake air dan tissue. Habis itu kami jalan lagi dan menemukan sebuah rumah yang terbuka. Ada seorang ibu lansia di situ. Novia nanya apa ibunya punya obat merah atau ga, dan, alhamdulillah, ibunya punya. Lia pun ngobatin lukanya pake obat merah. Setelah berterima kasih pada si ibu yang baik hati, kami lanjut jalan lagi, mampir ke warung buat beli Hansaplast, trus jalan lagi, sampe akhirnya...(akhirnya!) kami menemukan panggung Ngayogjazz. Tepatnya, satu dari 7 panggung yang ada.
Kita nonton sebentar. Ada penampilan dari komunitas jazz dari Pekanbaru, lumayan menghibur. Habis itu kami coba jalan ke panggung lain yang deket situ. Ketemu. Nonton sebentar, trus pergi lagi. Bener2 ngeluyur deh. Sampe kami stay agak lama di sebuah panggung yang dibangun dekat, wow-mistis-banget, makan raja2. Panggungnya dibangun di samping tembok kompleks makan, di bawah sebuah beringin yang gede banget. Novia pun nyeletuk "Eh, jangan liat ke atas ya..." tapi biasalah kalo dibilangin kayak gitu respon saya malah "Mana?" sambil liat ke atas beringin. Untung ga ada sosok yang bergantung, terbang, duduk, atau sejenisnya.
Puas nonton penampilan di situ plus ngeliatin seorang bule unyu, kami mulai lagi menganut gaya hidup nomaden. Pindah lagi ke sebuah panggung yang ada informasi jadwal plus lokasi penampilan dan kami mengamati nama2 bintang tamu yang pengen kami tonton. Wah, itu dia! Trie Utami! Di mana? Di Panggung Gaog. Jam berapa? 10. Wah, sekitar 1 jam lagi! Tapi...Panggung Gaog-nya di mana? Mata kami menelusuri peta yang ada dan kami sadar: Itu adalah panggung pertama yang kami datangi =_=
Balik lagi deh...
Sesampainya di Panggung Gaog, kami bertransformasi menjadi cendol beraneka warna. Gila, sumpek banget. Pengen duduk, capek keliling2, tapi tempat duduk yang tersisa adalah di tikar-nya sang penjual ronde, yang berarti kita ga bisa duduk tanpa sekaligus minum dan membayar ronde -_-"
Yaudin, kami berusaha menembus kerumunan. Tapi akhirnya stuck di tepi tenda mini. Di sana kami bertemu teman2 se-kampus, se-organisasi dan se-angkatan, Lupi dan Iffah, lalu ada senior juga di Psikologi, Mas Galih, dan beberapa orang anak Psikologi lainnya.
Berhubung pengap dan rame bgt, kami mundur lagi deh ke belakang (ya iyalah masa ke depan). Alhamdulillah, ada teras toko yang kosong! Akhirnya kami duduk selonjoran di situ sambil ngemil. Wah, nikmatnya dunia kala itu 8) Kepuasan hanya dapat diukur ketika meluruskan kaki dan merasakan otot2 Anda meregang dan rileks...
Tidak berapa lama kemudian, Rika Roeslan tampil! Kami bangkit dari posisi pewe kami dan bergabung dengan kumpulan manusia, yang akhirnya pada duduk semua di depan panggung. I couldn't say anything much. It was cool! Rika Roeslan rocked that stage (uhm, well, I mean, "jazzed" that stage :p) Suaranya oke banget, gayanya juga asik. Improvisasinya oke punya. Seniman sejati laaaah...
Yang lucu adalah ketika Rika menyanyikan lagunya yang "Dahulu..semua indah...dahulu...terasa menggelora..." gila, tuh lagu pas banget sama kami (ga semuanya sih, haha) yang lagi galau :p
Rika juga sempat mengajak penonton bernyanyi "Ayo, yang cewek, biasanya yang ngerasain kayak gini nih yang cewek, mana suaranyaa!" saya dan penonton perempuan yang ada di situ tertawa dan langsung ikut bernyayi, "Dahulu..."
Trus Rika ngajak penonton yang laki-laki nyanyi, "Ga semuanya begitu sih, cewek juga ada yang ninggalin. Ayo yang cowok mana suaranya...!" para laki-laki tertawa dan ikut bernyanyi, dengan oktaf yang turun drastis. "Dahulu..." jadi terdengar agak mellow karena suara bass para lelaki -_-"
Setelah Rika tampil, giliran Trie Utami. Suaranya oke, tapi karena lagunya nggak familiar, saya jadi agak bosen. Teman-teman saya pun berpikiran sama. Akhirnya, sebelum pertunjukan berakhir, kami udah berjalan pulang ke lokasi parkir. Alasan: 1) Udah capek 2) Kalo nunggu sampai selesai, pasti rempong banget deh jalan dari panggung ke parkiran. Pasti jadi cendol lagi -,-
Jalan-jalan besar di Jogja luar biasa lengang ketika kami pulang. Jarum jam menunjukkan waktu hampir tengah malam. Sesampainya di kos Lia, ternyata pintunya dikunci! Padahal, rencananya saya mau nginep di kos-nya Lia. Motor saya dan Novia juga ada di situ. Yaudinmarudin, saya, Lia, dan Novia memutuskan untuk nginep di kos-nya Novia. Elin mundurin mobilnya dan kami kembali menempuh perjalanan sekitar 2 kilogram ke kos-nya Novia. Pas nyampe sana, Elin pamitan dan say goodbye. Setelah itu saya, Lia, dan Novia langsung dengan bernafsu menyerbu kamar Novia dan ambruk di atas kasur. Kami sempat nonton Amelie bareng sebelum akhirnya satu persatu tepar, dan saya adalah orang terakhir. Jam setengah 4 subuh saya baru nempelin muka ke bantal dan langsung....welcome to the Dreamland!
What a night! Menunggu momen seperti ini lagi bersama kalian, teman2. Terkadang hal-hal seperti ini bukan berarti hedon semata, tetapi banyak hal lain yang bisa diambil selain rasa senang itu sendiri. Teman itu luar biasa. Waktu itu luar biasa. Saya bersyukur memiliki kesempatan seperti malam ini.
Saya senang :D
Sabtu paginya saya juga ada acara jalan2 di Amplaz sama temen SMP saya yang masih akrab sampai sekarang, Nawang. Jam setengah 12 siang sampai jam 4 sore lewat sedikit kami habiskan di mall dengan makan, ngobrol, cuci mata ke butik, ke Gramedia, dll. Habis itu, saya langsung capcus ke kos-nya Lia dan sekitar jam setengah 5 sore saya nyampe sana, soalnya pada sepakat ngumpul jam segitu, tapi ternyata pada belum ngumpul. Jadilah saya dan Lia menunggu kedatangan Elin dan Novia.
Ga berapa lama kemudian, Elin datang. Trus akhirnya saya, Elin, dan Lia nungguin Novia sambil ngaca2, ngobrak-abrik kamarnya Lia, and bantuin Lia buat milih baju yang cakep buat Ngayogjazz. Biasalah, kan mau ngeceng juga. Pada jomblo lagi :p Akhirnya Lia pun memutuskan pake dress selutut bermotif seperti macan tutul dengan warna hitam-putih, plus cardigan hitam. Sip lah pokoknya...
Menjelang maghrib, Novia datang dengan tampang kecapekan karena habis dari Solo. Berhubung udah mau adzan maghrib, kita pun sholat dulu sebelum cuss ke Ngayogjazz. Setelah semuanya pada sholat, ngaca, dll, berangkatlah kita pake mobilnya Elin. Di perjalanan, kami mampir makan dulu ke Warung Steak di Taman Siswa, dengan pertimbangan perut udah lapar dan pasti bakalan sampe malam. Habis makan kita juga masih sempat mampir ke Indomaret buat beli bekal minum and snack, siapa tau ntar haus and laper di tengah lautan manusia. Berasa piknik aja -_-
Beberapa detik kemudian, nyampe lah kami di kawasan Kotagede. Waktu itu di Lapangan-nya. Tapi kok sepi? Hmm, berarti bukan di lapangan. Kami pun mencari keramaian yang biasanya jadi penanda adanya panggung terbuka....dan....ketemu! Mobil dan motor pada seliweran di daerah dekat PKU Kotagede. Elin nanya ke seorang mas yang memakai kaos bertuliskan "Ngayogjazz" dan katanya untuk mencapai lokasi harus berjalan kaki paling ga 5 menit. Akhirnya kami nyari2 tempat parkir di dekat situ dan berujung pada pemarkiran mobil Elin di sebuah halaman terbuka di dalam gang yang sempit. Dari situ kami jalan kaki ke lokasi.
Yang katanya 5 menit.
Tapi kami udah berjalan 10 menit, lebih malah kayaknya. Dan, well, kok ga keliatan rame2 gitu ya? Orang-orang pada jalan sih di sekeliling kami, tapi ga ada kedengeran ada suara dam-dum-dam-dum-jreng-jreng-duk-duk-ngiiing sama sekali. Kami pun sempat mengalami kecelakaan. Bukan kami sih, Lia tepatnya yang kena. Dia jatuh di trotoar gara2 kepleset mas2 (maksudnya bukan kesandung mas2 yang berlagak jadi polisi tidur gitu). Ceritanya, dia sama Novia lagi jalan trus ada mas2 yang nyalip atau gimana gitu lah sampe Lia bingung ngambil rute, kepleset, dan duuk...jatuh deh. Lututnya lecet dan berdarah. Kami pun berhenti sebentar, duduk di teras sebuah toko yang tutup, sambil nungguin dan bantuin Lia bersihin lukanya pake air dan tissue. Habis itu kami jalan lagi dan menemukan sebuah rumah yang terbuka. Ada seorang ibu lansia di situ. Novia nanya apa ibunya punya obat merah atau ga, dan, alhamdulillah, ibunya punya. Lia pun ngobatin lukanya pake obat merah. Setelah berterima kasih pada si ibu yang baik hati, kami lanjut jalan lagi, mampir ke warung buat beli Hansaplast, trus jalan lagi, sampe akhirnya...(akhirnya!) kami menemukan panggung Ngayogjazz. Tepatnya, satu dari 7 panggung yang ada.
Kita nonton sebentar. Ada penampilan dari komunitas jazz dari Pekanbaru, lumayan menghibur. Habis itu kami coba jalan ke panggung lain yang deket situ. Ketemu. Nonton sebentar, trus pergi lagi. Bener2 ngeluyur deh. Sampe kami stay agak lama di sebuah panggung yang dibangun dekat, wow-mistis-banget, makan raja2. Panggungnya dibangun di samping tembok kompleks makan, di bawah sebuah beringin yang gede banget. Novia pun nyeletuk "Eh, jangan liat ke atas ya..." tapi biasalah kalo dibilangin kayak gitu respon saya malah "Mana?" sambil liat ke atas beringin. Untung ga ada sosok yang bergantung, terbang, duduk, atau sejenisnya.
Puas nonton penampilan di situ plus ngeliatin seorang bule unyu, kami mulai lagi menganut gaya hidup nomaden. Pindah lagi ke sebuah panggung yang ada informasi jadwal plus lokasi penampilan dan kami mengamati nama2 bintang tamu yang pengen kami tonton. Wah, itu dia! Trie Utami! Di mana? Di Panggung Gaog. Jam berapa? 10. Wah, sekitar 1 jam lagi! Tapi...Panggung Gaog-nya di mana? Mata kami menelusuri peta yang ada dan kami sadar: Itu adalah panggung pertama yang kami datangi =_=
Balik lagi deh...
Sesampainya di Panggung Gaog, kami bertransformasi menjadi cendol beraneka warna. Gila, sumpek banget. Pengen duduk, capek keliling2, tapi tempat duduk yang tersisa adalah di tikar-nya sang penjual ronde, yang berarti kita ga bisa duduk tanpa sekaligus minum dan membayar ronde -_-"
Yaudin, kami berusaha menembus kerumunan. Tapi akhirnya stuck di tepi tenda mini. Di sana kami bertemu teman2 se-kampus, se-organisasi dan se-angkatan, Lupi dan Iffah, lalu ada senior juga di Psikologi, Mas Galih, dan beberapa orang anak Psikologi lainnya.
Berhubung pengap dan rame bgt, kami mundur lagi deh ke belakang (ya iyalah masa ke depan). Alhamdulillah, ada teras toko yang kosong! Akhirnya kami duduk selonjoran di situ sambil ngemil. Wah, nikmatnya dunia kala itu 8) Kepuasan hanya dapat diukur ketika meluruskan kaki dan merasakan otot2 Anda meregang dan rileks...
Tidak berapa lama kemudian, Rika Roeslan tampil! Kami bangkit dari posisi pewe kami dan bergabung dengan kumpulan manusia, yang akhirnya pada duduk semua di depan panggung. I couldn't say anything much. It was cool! Rika Roeslan rocked that stage (uhm, well, I mean, "jazzed" that stage :p) Suaranya oke banget, gayanya juga asik. Improvisasinya oke punya. Seniman sejati laaaah...
Yang lucu adalah ketika Rika menyanyikan lagunya yang "Dahulu..semua indah...dahulu...terasa menggelora..." gila, tuh lagu pas banget sama kami (ga semuanya sih, haha) yang lagi galau :p
Rika juga sempat mengajak penonton bernyanyi "Ayo, yang cewek, biasanya yang ngerasain kayak gini nih yang cewek, mana suaranyaa!" saya dan penonton perempuan yang ada di situ tertawa dan langsung ikut bernyayi, "Dahulu..."
Trus Rika ngajak penonton yang laki-laki nyanyi, "Ga semuanya begitu sih, cewek juga ada yang ninggalin. Ayo yang cowok mana suaranya...!" para laki-laki tertawa dan ikut bernyanyi, dengan oktaf yang turun drastis. "Dahulu..." jadi terdengar agak mellow karena suara bass para lelaki -_-"
Setelah Rika tampil, giliran Trie Utami. Suaranya oke, tapi karena lagunya nggak familiar, saya jadi agak bosen. Teman-teman saya pun berpikiran sama. Akhirnya, sebelum pertunjukan berakhir, kami udah berjalan pulang ke lokasi parkir. Alasan: 1) Udah capek 2) Kalo nunggu sampai selesai, pasti rempong banget deh jalan dari panggung ke parkiran. Pasti jadi cendol lagi -,-
Jalan-jalan besar di Jogja luar biasa lengang ketika kami pulang. Jarum jam menunjukkan waktu hampir tengah malam. Sesampainya di kos Lia, ternyata pintunya dikunci! Padahal, rencananya saya mau nginep di kos-nya Lia. Motor saya dan Novia juga ada di situ. Yaudinmarudin, saya, Lia, dan Novia memutuskan untuk nginep di kos-nya Novia. Elin mundurin mobilnya dan kami kembali menempuh perjalanan sekitar 2 kilogram ke kos-nya Novia. Pas nyampe sana, Elin pamitan dan say goodbye. Setelah itu saya, Lia, dan Novia langsung dengan bernafsu menyerbu kamar Novia dan ambruk di atas kasur. Kami sempat nonton Amelie bareng sebelum akhirnya satu persatu tepar, dan saya adalah orang terakhir. Jam setengah 4 subuh saya baru nempelin muka ke bantal dan langsung....welcome to the Dreamland!
What a night! Menunggu momen seperti ini lagi bersama kalian, teman2. Terkadang hal-hal seperti ini bukan berarti hedon semata, tetapi banyak hal lain yang bisa diambil selain rasa senang itu sendiri. Teman itu luar biasa. Waktu itu luar biasa. Saya bersyukur memiliki kesempatan seperti malam ini.
Saya senang :D
Senin, 07 November 2011
Kangen Konser
Akhir-akhir ini saya lagi suka dengerin musik sambil nyanyi2. Ehmm, itu memang hobi saya sih, jadi sebenarnya ga pantas dibilang "akhir-akhir ini". Ah, sudahlah. Pokoknya, intensitas saya mendengarkan musik meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya. (Apakah saya terdengar galau? zzzz)
Bisa jadi karena perasaan saya masih terluka. Dan musik adalah salah satu hiburan ampuh bagi saya. Bukan sekedar hiburan, tapi juga sesuatu yang bisa jadi semacam mood-booster buat saya. Dari yang tadinya ga semangat jadi semangat. Dari yang tadinya sedih jadi gembira. Dari yang tadinya waras jadi "gila".
Saya ingat waktu saya masih diklat Paduan Suara di kampus saya. 3 bulan, belajar musik dari 0. Mulai dari belajar pernapasan diafragma, mengeluarkan headvoice alih2 suara tenggorokan, belajar not, belajar nari sambil nyanyi. Pulang jam 10 malam udah biasa. Bahkan pernah sampe jam 11 lewat.
Dan saya enjoy. Kadang2 capek sih, tapi setelah latian entah kenapa perasaan saya jadi gembira.
Musik. Hmm, salah satu alasan saya memilih berkecimpung di Paduan Suara hanyalah karena saya hobi nyanyi dan dengerin musik. Saya berharap kegiatan ini tidak membuat saya stress. Dan ternyata memang tidak. Capek ya, saya akui. Tapi saya merasa gembira menjadi anggota Paduan Suara :)
Saya berpikir, mungkin kegiatan seperti inilah yang cocok buat saya. Sesuai hobi, menyenangkan, dan membuat saya banyak belajar.
Saya senang bisa bergabung dengan Paduan Suara UGM. Sudah 2 tahun, tapi saya tidak bosan. Selalu ada orang2 baru yang unik, dengan sebuah persamaan yang mengikat erat, yaitu sama2 hobi menyanyi.
Jadi ga jelas gini ya postingannya -_-"
Cuma pengen mencurahkan perasaan aja. Saya kangen konser lagi. Miss that night gown and make-up, miss that vocalizing before stage, miss that exhausting-late-at-night-rehearsal, miss the songs I used to sing in choir.
Udah ah tidur aja. Buonanotte.
Bisa jadi karena perasaan saya masih terluka. Dan musik adalah salah satu hiburan ampuh bagi saya. Bukan sekedar hiburan, tapi juga sesuatu yang bisa jadi semacam mood-booster buat saya. Dari yang tadinya ga semangat jadi semangat. Dari yang tadinya sedih jadi gembira. Dari yang tadinya waras jadi "gila".
Saya ingat waktu saya masih diklat Paduan Suara di kampus saya. 3 bulan, belajar musik dari 0. Mulai dari belajar pernapasan diafragma, mengeluarkan headvoice alih2 suara tenggorokan, belajar not, belajar nari sambil nyanyi. Pulang jam 10 malam udah biasa. Bahkan pernah sampe jam 11 lewat.
Dan saya enjoy. Kadang2 capek sih, tapi setelah latian entah kenapa perasaan saya jadi gembira.
Musik. Hmm, salah satu alasan saya memilih berkecimpung di Paduan Suara hanyalah karena saya hobi nyanyi dan dengerin musik. Saya berharap kegiatan ini tidak membuat saya stress. Dan ternyata memang tidak. Capek ya, saya akui. Tapi saya merasa gembira menjadi anggota Paduan Suara :)
Saya berpikir, mungkin kegiatan seperti inilah yang cocok buat saya. Sesuai hobi, menyenangkan, dan membuat saya banyak belajar.
Saya senang bisa bergabung dengan Paduan Suara UGM. Sudah 2 tahun, tapi saya tidak bosan. Selalu ada orang2 baru yang unik, dengan sebuah persamaan yang mengikat erat, yaitu sama2 hobi menyanyi.
Jadi ga jelas gini ya postingannya -_-"
Cuma pengen mencurahkan perasaan aja. Saya kangen konser lagi. Miss that night gown and make-up, miss that vocalizing before stage, miss that exhausting-late-at-night-rehearsal, miss the songs I used to sing in choir.
Udah ah tidur aja. Buonanotte.
Rabu, 12 Oktober 2011
Let Me Tell You That I Love Music!
I love singing. Since I was a small girl (oh, sorry, I meant "little girl. I'm still a SMALL girl anyway -.-). I was very fond of listening The Cranberries song, entitled "Zombie", when I was in kindergarten. I liked Celine Dion and Mariah Carey when I was in elementary school. When I entered junior high school, I started to listen songs from bands, either American or British. Linkin Park was on my list. I fell in love with Coldplay. And I fell in love with Eminem. Usher. Alicia Keys. Christina Aguilera. Jojo. Well, a lot of musicians made me fall in love. Entering the senior high school, I didn't really care about radio charts which I was paying much attention to. I was listening to songs that I like not listening to the songs which were on the latest update. OneRepublic was amazing. Franz Ferdinand was great. Enigma was brilliant. James Blunt was cool. Lady Gaga was sexy. Hmm, Coldplay's the best.
I cannot determine what kind of music I like. Because whenever I hear something and it fits my ear and I feel delighted, then I will like it, no matter what genre it is. But I give higher score to songs that have great meanings. Lyric is important for me. Good lyrics can be your medicines to face life. It acts as a psychologist, I think. It inspires you. It makes you move. That's the power of lyrics.
I love music. For me, it's one kind of therapy. I love singing, too. That's why I joined choir in my campus. I love making beautiful sounds come out from my mouth. Fortunately I'm not really bad in music, so you can still enjoy my voice :p
I just love music, simply.
I cannot determine what kind of music I like. Because whenever I hear something and it fits my ear and I feel delighted, then I will like it, no matter what genre it is. But I give higher score to songs that have great meanings. Lyric is important for me. Good lyrics can be your medicines to face life. It acts as a psychologist, I think. It inspires you. It makes you move. That's the power of lyrics.
I love music. For me, it's one kind of therapy. I love singing, too. That's why I joined choir in my campus. I love making beautiful sounds come out from my mouth. Fortunately I'm not really bad in music, so you can still enjoy my voice :p
I just love music, simply.
Langganan:
Postingan (Atom)