Gurat-gurat purba di kulitmu tunjukkan padaku: hidup bukan sekedar menunggu waktu
Dan ketika telapakmu terbuka aku menatap banyaknya jalan yang kau lalui, keras dan getir tergambar di sana
Dari peluhmu aku belajar bahwa sesuatu layak diperjuangkan.
Kehormatan, mungkin? Atau sekedar keinginan untuk bahagia? Atau hanya sepotong lauk yang masuk ke perut?
Ah, apa pun itu, kau bukanlah pembuang waktu yang sibuk bermain dengan mimpi.
Bagimu, tak satu detik pun berharga untuk sekedar mengocehi ilusi.
Betapa pun karangnya dirimu, aku tahu:
Hatimu ada dalam tiap beban yang kau pikul di bahumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar