Kemarin, tepatnya Sabtu, 12 November 2011, sebuah event musik jazz tahunan digelar di Jogja. Tepatnya, di Kotagede. Berhubung malam minggu identik dengan hang-out, ditambah lagi kebutuhan untuk bersenang-senang setelah mid semester, saya beserta 3 orang temen saya (Lia, Elin, Novia) pergi nonton bareng Ngayogjazz.
Sabtu paginya saya juga ada acara jalan2 di Amplaz sama temen SMP saya yang masih akrab sampai sekarang, Nawang. Jam setengah 12 siang sampai jam 4 sore lewat sedikit kami habiskan di mall dengan makan, ngobrol, cuci mata ke butik, ke Gramedia, dll. Habis itu, saya langsung capcus ke kos-nya Lia dan sekitar jam setengah 5 sore saya nyampe sana, soalnya pada sepakat ngumpul jam segitu, tapi ternyata pada belum ngumpul. Jadilah saya dan Lia menunggu kedatangan Elin dan Novia.
Ga berapa lama kemudian, Elin datang. Trus akhirnya saya, Elin, dan Lia nungguin Novia sambil ngaca2, ngobrak-abrik kamarnya Lia, and bantuin Lia buat milih baju yang cakep buat Ngayogjazz. Biasalah, kan mau ngeceng juga. Pada jomblo lagi :p Akhirnya Lia pun memutuskan pake dress selutut bermotif seperti macan tutul dengan warna hitam-putih, plus cardigan hitam. Sip lah pokoknya...
Menjelang maghrib, Novia datang dengan tampang kecapekan karena habis dari Solo. Berhubung udah mau adzan maghrib, kita pun sholat dulu sebelum cuss ke Ngayogjazz. Setelah semuanya pada sholat, ngaca, dll, berangkatlah kita pake mobilnya Elin. Di perjalanan, kami mampir makan dulu ke Warung Steak di Taman Siswa, dengan pertimbangan perut udah lapar dan pasti bakalan sampe malam. Habis makan kita juga masih sempat mampir ke Indomaret buat beli bekal minum and snack, siapa tau ntar haus and laper di tengah lautan manusia. Berasa piknik aja -_-
Beberapa detik kemudian, nyampe lah kami di kawasan Kotagede. Waktu itu di Lapangan-nya. Tapi kok sepi? Hmm, berarti bukan di lapangan. Kami pun mencari keramaian yang biasanya jadi penanda adanya panggung terbuka....dan....ketemu! Mobil dan motor pada seliweran di daerah dekat PKU Kotagede. Elin nanya ke seorang mas yang memakai kaos bertuliskan "Ngayogjazz" dan katanya untuk mencapai lokasi harus berjalan kaki paling ga 5 menit. Akhirnya kami nyari2 tempat parkir di dekat situ dan berujung pada pemarkiran mobil Elin di sebuah halaman terbuka di dalam gang yang sempit. Dari situ kami jalan kaki ke lokasi.
Yang katanya 5 menit.
Tapi kami udah berjalan 10 menit, lebih malah kayaknya. Dan, well, kok ga keliatan rame2 gitu ya? Orang-orang pada jalan sih di sekeliling kami, tapi ga ada kedengeran ada suara dam-dum-dam-dum-jreng-jreng-duk-duk-ngiiing sama sekali. Kami pun sempat mengalami kecelakaan. Bukan kami sih, Lia tepatnya yang kena. Dia jatuh di trotoar gara2 kepleset mas2 (maksudnya bukan kesandung mas2 yang berlagak jadi polisi tidur gitu). Ceritanya, dia sama Novia lagi jalan trus ada mas2 yang nyalip atau gimana gitu lah sampe Lia bingung ngambil rute, kepleset, dan duuk...jatuh deh. Lututnya lecet dan berdarah. Kami pun berhenti sebentar, duduk di teras sebuah toko yang tutup, sambil nungguin dan bantuin Lia bersihin lukanya pake air dan tissue. Habis itu kami jalan lagi dan menemukan sebuah rumah yang terbuka. Ada seorang ibu lansia di situ. Novia nanya apa ibunya punya obat merah atau ga, dan, alhamdulillah, ibunya punya. Lia pun ngobatin lukanya pake obat merah. Setelah berterima kasih pada si ibu yang baik hati, kami lanjut jalan lagi, mampir ke warung buat beli Hansaplast, trus jalan lagi, sampe akhirnya...(akhirnya!) kami menemukan panggung Ngayogjazz. Tepatnya, satu dari 7 panggung yang ada.
Kita nonton sebentar. Ada penampilan dari komunitas jazz dari Pekanbaru, lumayan menghibur. Habis itu kami coba jalan ke panggung lain yang deket situ. Ketemu. Nonton sebentar, trus pergi lagi. Bener2 ngeluyur deh. Sampe kami stay agak lama di sebuah panggung yang dibangun dekat, wow-mistis-banget, makan raja2. Panggungnya dibangun di samping tembok kompleks makan, di bawah sebuah beringin yang gede banget. Novia pun nyeletuk "Eh, jangan liat ke atas ya..." tapi biasalah kalo dibilangin kayak gitu respon saya malah "Mana?" sambil liat ke atas beringin. Untung ga ada sosok yang bergantung, terbang, duduk, atau sejenisnya.
Puas nonton penampilan di situ plus ngeliatin seorang bule unyu, kami mulai lagi menganut gaya hidup nomaden. Pindah lagi ke sebuah panggung yang ada informasi jadwal plus lokasi penampilan dan kami mengamati nama2 bintang tamu yang pengen kami tonton. Wah, itu dia! Trie Utami! Di mana? Di Panggung Gaog. Jam berapa? 10. Wah, sekitar 1 jam lagi! Tapi...Panggung Gaog-nya di mana? Mata kami menelusuri peta yang ada dan kami sadar: Itu adalah panggung pertama yang kami datangi =_=
Balik lagi deh...
Sesampainya di Panggung Gaog, kami bertransformasi menjadi cendol beraneka warna. Gila, sumpek banget. Pengen duduk, capek keliling2, tapi tempat duduk yang tersisa adalah di tikar-nya sang penjual ronde, yang berarti kita ga bisa duduk tanpa sekaligus minum dan membayar ronde -_-"
Yaudin, kami berusaha menembus kerumunan. Tapi akhirnya stuck di tepi tenda mini. Di sana kami bertemu teman2 se-kampus, se-organisasi dan se-angkatan, Lupi dan Iffah, lalu ada senior juga di Psikologi, Mas Galih, dan beberapa orang anak Psikologi lainnya.
Berhubung pengap dan rame bgt, kami mundur lagi deh ke belakang (ya iyalah masa ke depan). Alhamdulillah, ada teras toko yang kosong! Akhirnya kami duduk selonjoran di situ sambil ngemil. Wah, nikmatnya dunia kala itu 8) Kepuasan hanya dapat diukur ketika meluruskan kaki dan merasakan otot2 Anda meregang dan rileks...
Tidak berapa lama kemudian, Rika Roeslan tampil! Kami bangkit dari posisi pewe kami dan bergabung dengan kumpulan manusia, yang akhirnya pada duduk semua di depan panggung. I couldn't say anything much. It was cool! Rika Roeslan rocked that stage (uhm, well, I mean, "jazzed" that stage :p) Suaranya oke banget, gayanya juga asik. Improvisasinya oke punya. Seniman sejati laaaah...
Yang lucu adalah ketika Rika menyanyikan lagunya yang "Dahulu..semua indah...dahulu...terasa menggelora..." gila, tuh lagu pas banget sama kami (ga semuanya sih, haha) yang lagi galau :p
Rika juga sempat mengajak penonton bernyanyi "Ayo, yang cewek, biasanya yang ngerasain kayak gini nih yang cewek, mana suaranyaa!" saya dan penonton perempuan yang ada di situ tertawa dan langsung ikut bernyayi, "Dahulu..."
Trus Rika ngajak penonton yang laki-laki nyanyi, "Ga semuanya begitu sih, cewek juga ada yang ninggalin. Ayo yang cowok mana suaranya...!" para laki-laki tertawa dan ikut bernyanyi, dengan oktaf yang turun drastis. "Dahulu..." jadi terdengar agak mellow karena suara bass para lelaki -_-"
Setelah Rika tampil, giliran Trie Utami. Suaranya oke, tapi karena lagunya nggak familiar, saya jadi agak bosen. Teman-teman saya pun berpikiran sama. Akhirnya, sebelum pertunjukan berakhir, kami udah berjalan pulang ke lokasi parkir. Alasan: 1) Udah capek 2) Kalo nunggu sampai selesai, pasti rempong banget deh jalan dari panggung ke parkiran. Pasti jadi cendol lagi -,-
Jalan-jalan besar di Jogja luar biasa lengang ketika kami pulang. Jarum jam menunjukkan waktu hampir tengah malam. Sesampainya di kos Lia, ternyata pintunya dikunci! Padahal, rencananya saya mau nginep di kos-nya Lia. Motor saya dan Novia juga ada di situ. Yaudinmarudin, saya, Lia, dan Novia memutuskan untuk nginep di kos-nya Novia. Elin mundurin mobilnya dan kami kembali menempuh perjalanan sekitar 2 kilogram ke kos-nya Novia. Pas nyampe sana, Elin pamitan dan say goodbye. Setelah itu saya, Lia, dan Novia langsung dengan bernafsu menyerbu kamar Novia dan ambruk di atas kasur. Kami sempat nonton Amelie bareng sebelum akhirnya satu persatu tepar, dan saya adalah orang terakhir. Jam setengah 4 subuh saya baru nempelin muka ke bantal dan langsung....welcome to the Dreamland!
What a night! Menunggu momen seperti ini lagi bersama kalian, teman2. Terkadang hal-hal seperti ini bukan berarti hedon semata, tetapi banyak hal lain yang bisa diambil selain rasa senang itu sendiri. Teman itu luar biasa. Waktu itu luar biasa. Saya bersyukur memiliki kesempatan seperti malam ini.
Saya senang :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar