Kemarin, kita berdua datang ke bioskop untuk menonton film yang fenomenal itu: Habibie & Ainun.
Film yang romantis.
Ekspektasiku tentu saja kita juga akan menjadi romantis karena menonton film itu.
Bahkan sebelum menonton pun kita sudah romantis.
Saat di antrian, aku melihat lehermu meliuk ke seberang antrian; sebuah gestur kecil yang agak mencurigakan. Ya, aku tahu di sana berdiri seorang gadis cantik berambut panjang mengenakan mini-dress berwarna biru. Aku pun tadi melihatnya dan berpikir bahwa dia gadis yang cantik. Dalam hati aku tersenyum: tentunya mata lelaki lebih jeli melihatnya.
Aku bertanya padamu: "Hayoo...lagi liat apa?"
Kau menjawab: "Nggak..."
Aku tertawa kecil sambil menambahkan: "Lagi laitin cewek yaaaa...???"
Kau tertawa geli, memandang ke arahku dan berkata: "Yaaahh....ketahuan deh..."
"Nakal ya..." ledekku sambil meninju lenganmu dengan main-main.
Dan kita berdua tertawa.
Bagiku, itu romantis.
Saat film sudah menjelang akhir, keromantisan itu masih ada. Kita melihat Ainun yang divonis kanker dan hendak menjalani operasi. Tiba-tiba kau berkata, berbisik ke telingaku: "Tuh...jadi sakit deh, gara-gara kebanyakan makan choco***** sih..." kau menyebutkan salah satu merek makanan yang menjadi sponsor di film itu, yang kehadirannya sedikit mengganggu jalan cerita yang bersetting jadul. Aku yang tadinya agak sedih karena terbawa suasana kini tertawa terpingkal-pingkal bersamamu sambil menutupi mulutku agar suara tawa kita tidak mengganggu penonton lain.
Bagiku, itu romantis.
Aku tidak begitu paham apakah romantis itu memiliki definisi tersendiri, atau itu tergantung pemaknaan masing-masing. Yang pasti, aku merasa pantas mengatakan bahwa kita romantis, mungkin dalam cara kita sendiri. Bahkan kurasa apapun yang kita lakukan bisa disebut romantis, haha.
Ya, kita romantis :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar