Beling-beling berhamburan pecah ke lantai dari kristal matamu dan kupungut mereka satu per satu.
Sayang seribu kali sayang.
Tak ada yang mampu merekat lagi serpihan-serpihan itu.
Jadi kusimpan beling-beling tajam itu dalam sapu tanganku:
Aku memilih mengabadikanmu dalam genggamanku yang terluka kena tajamnya dukamu.
Yogyakarta, 18 Januari 2011
---
Aku berdoa semoga tanganku masih kuat menggenggamnya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar