Baru saja membuka Twitter dan melihat banyak tweet duka yang membanjiri linimasa. Seperti air mata yang mengaliri pipi mereka yang kehilangan. Aku termangu tanpa tahu harus berkata apa, bahkan untuk menuliskan satu tweet pun. Aku terlalu kaget untuk menentukan apa yang harus aku lakukan.
Walaupun aku belum mengenalnya dengan baik, hanya sekedar obrolan singkat, beberapa kali berbagi tawa dan bertemu di beberapa tempat di luar kampus, aku masih saja terperangah tentang betapa cepatnya maut menghampiri, memutus jarak di antara kami. Aku masih saja terperangah tentang kematian, suatu hal yang menurutku lumrah namun tetap menjadi sebuah misteri besar, tanda tanya bagai lorong gelap yang kamu tak tahu menuju ke mana. Lumrah karena semua melumrahkan itu. Karena tidak ada yang tahu apa yang ada di seberang jurang kematian.
Ini bukan pertama kalinya aku mendapati berita tentang seseorang yang berumur sama denganku, belajar di tempat yang sama denganku, meninggalkanku lebih dulu. Namun seperti yang kubilang tadi, kematian tetap menjadi sebuah hal yang mengejutkan, seberapapun lumrahnya itu.Seperti keajaiban yang mengerikan. Keindahan yang menakutkan. Keagungan yang penuh misteri. Karena melalui kematianlah kita akan menuju sebuah kehidupan yang kekal, yang abadi. Kematian adalah satu-satunya jalan menuju kehidupan yang sebenarnya.
Untukmu kawan, kuucapkan selamat tinggal, dan juga selamat karena diberi giliran lebih dulu untuk melihat apa yang tak bisa kami lihat di balik tabir kefanaan. Kami yang lain sebenarnya hanya menunggu antrian; di punggung kami telah menempel nomor antrian yang kami tak tahu kapan akan dipanggil.
Aku tak bisa menutup tulisan tentang kematian dengan akhir yang puitis. Pada akhirnya, aku, kami hanya bisa berkata:
"Semoga kau tenang di sana."
Kami pun diam-diam berdoa, di balik kesibukan yang menutupi rasa takut
kami, bahwa ketika tiba nomor kami dipanggil, kami telah meninggalkan
sesuatu yang bukan sekedar nama di batu nisan untuk orang-orang di
sekeliling kami. Kami berharap kematian kami nanti tidak ikut membunuh harapan orang-orang yang kami cintai, melainkan menumbuhkan kembali semangat mereka untuk menjalani hidup yang fana ini sebaik-baiknya. Amin.
“The fear of death follows from the fear of life. A man who lives fully is prepared to die at any time.”
- Mark Twain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar