Sebagai seorang mahasiswa yang baru saja mengambil mata kuliah Psikologi Emosi, rasanya sudah seharusnya saya aware dengan perubahan emosi saya. What for? Yaaa, guna mengelolanya dengan baik agar tidak menimbulkan kerusakan berarti -baik bagi diri saya maupun orang lain. Terutama ketika mengalami badmood.
Nah, di sinilah saya sekarang, di saat badmood menyerang. Ciri-ciri: jadi mudah marah. sensian. negative thinking. impulsif. ga sabaran. senggol cokot, senggol bacok, dan senggol-senggol lainnya yang bikin ga enak. Pokoknya emosi jadi naik turun. Dan, unfortunately, yang lebih sering muncul frekuensinya adalah emosi negatif.
Sekarang saya lebih paham kalo saya mau marah nih, saya merasakan:
1) sesak dan panas di dada
rasanya dada jadi sempiiiit banget trus ada rasa panas yang menjalar sampe kamu merasa seperti "tersulut api"
2) kepala pening
kadang2 sakit kepalaku kambuh kambuh kalo lagi marah, pusing gitu, cenat cenut (bukan cuma SM*SH yang bisa cenat cenut!)
3) sudut bibir tertarik ke bawah
ini jelas berarti cemberut dan seakan berkata, "get out of my ruined life! stay away!"
Naaahhhh, emosi itu biasanya tidak berlangsung lama. Mood lebih awet dari emosi. Jadi sekarang saya masih dalam mood yang buruk, tapi emosi saya sudah bergerak dari marah ke....dunno, biasa aja. Untuk jaga2, siapa tau saya mengalami simtom2 marah di atas, saya harus bisa mengontrol agar saya tidak terjerumus ke dalam kemarahan yang merugikan. Jadi semacam "Nad, kamu sekarang lagi marah. Hati-hati, dikontrol ya. Jangan sampe berbuat atau berkata yang tidak-tidak. Tarik nafas..hembuskan."
Eniwei, walaupun sedang badmood, saya bersyukur emosi negatif saya tidak terlalu ekstrim. At least I can still post my writings without destroying my laptop and its keyboard.
*ditulis dengan berantakan dengan mood yang berantakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar