Di suatu pagi, kelas Psikologi Positif.
Mahasiswa: "Bu, bisa ga kita memberikan cinta kepada orang lain meskipun kita ga mencintai diri kita sendiri?"
Dosen: (dengan santainya menjawab) "Tidak."
Mahasiswa tersebut agak mengernyitkan wajahnya. Aku mengamati dari tempat dudukku. Tampaknya ekspresinya adalah campuran antara tidak percaya dan kaget. Aku beralih melihat ekspresi dosenku. Wanita itu tersenyum kecil sambil mengangkat alis. Senyum yang khas. Aku selalu merasa beliau menyimpan sesuatu di balik senyum dan tawa cekikikan yang sering ia perdengarkan di depan para mahasiswanya. Setiap beliau tersenyum atau tertawa, aku selalu merasa senyuman atau tawa itu berarti sesuatu yang lebih dalam, seakan-akan ia menyimpan sebuah rahasia atau sebuah kebenaran hidup yang sangat berharga dan tidak ada orang lain yang tahu.
Ia kemudian mengambil beberapa spidol warna-warni di atas meja; ia menggenggam spidol-spidol tersebut dan memberikan mereka kepada seorang mahasiswa yang duduk di dekatnya. Ia berkata, "Coba kamu berikan ke orang di sampingmu."Mahasiswa itu dengan patuh memberikannya kepada mahasiswa lain yang duduk di sampingnya. Kemudian, sang dosen tersebut mengambil semua spidol yang dipegang oleh mahasiswa tersebut, lalu berkata, "Coba kamu kasih spidol ke orang di sampingmu." Sontak mahasiswa tersebut menjawab, "Lah ga bisa Bu, saya ga punya spidol."
Aku melihat ekspresi senyum yang penuh arti itu lagi-lagi membayangi wajah dosenku. Wanita itu berkata pelan dan dramatis, "Persis itu yang saya maksud."
Ia berjalan kembali ke depan kelas dengan santai. "Ketika kalian tidak punya cinta, kalian tidak akan bisa memberi orang lain cinta. Cinta yang kalian punya asalnya darimana? Bisa dari mana-mana, yang membuat kalian merasa dicintai. Ada orang yang mungkin ketika kita melihatnya kita berpikir ia tidak memiliki cinta dalam hidupnya, mungkin hidupnya terlalu mengerikan. Tapi bisa jadi ia bisa memberi cinta kepada orang lain. Kalau begitu, dia pasti memiliki cinta dalam dirinya sendiri. Pasti ada yang mencintainya dan membuatnya merasa dicintai. Entah darimana; mungkin dari sesuatu yang lebih besar darinya."
Kelas hening. Sepoi-sepoi suara hembusan angin buatan dari AC adalah satu-satunya suara yang kami dengar. Semuanya terhenyak ke dalam pertanyaan besar:
Sudahkah kita memiliki cinta, sebelum berusaha memberikan cinta kepada orang lain?
Sudahkah kita merasa dicintai....termasuk oleh diri kita sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar